Anwar Ibrahim, mantan wakil Perdana Menteri Malaysia dalam acara "Kick Andy" mengatakan, tahun 70-an Malaysia sempat meminjam tenaga guru untuk mencerdaskan orang Malaysia. Tahun 80-an meminjam tenaga kerja kasar Indonesia untuk membangun infrastruktur Malaysia. Tapi sekarang pemerintah Malaysia tak manusiawi memperlakukan tenaga kerja Indonesia.
Pernyataan Anwar Ibrahim itu, tentu tak bisa dibantah.
Sy pikir, ya habis manis sepah dibuang.
Bahkan, gedung kembar Petronas kebanggaan Malaysia yang terletak di Kuala Lumpur itu, sebagian besar hasil keringat tenaga buruh kasar dari Indonesia.
Malaysia, oh...
Akhir-akhir ini ramai lagi soal hak paten Angklung.
Kalau tak ada pak Daeng Sutisna, dari Daeng Soetigna pada 1938. Dengan bantuan gurunya, Pak Djaja, Daeng membuat angklung berskala tangga nada diatonis. Angklungnya itu dikenal sebagai angklung daeng. Ia memperkenalkan kreasinya sebagai alat pembina Pramuka. Pada 1947, grup seni angklung Daeng mementaskan angklung daeng dalam acara kesenian Perundingan Linggajati.
Pada 1950, Daeng pindah ke Bandung. Di kota ini ia membentuk grup seni angklung bersama murid-muridnya seperti Agam Ngadimin, Hidayat Winitasasmita, Opan Sopandi, Sanu’i Edia S., Yahya Erawan, Obby A.R. Wiramihardja, dan Udjo Ngalagena. Bersama grup angklungnya, Daeng dipercaya menggelar pertunjukan angklung dalam acara hiburan Konferensi Asia Afrika 1950. Event ini berhasil mengangkat angklung secara luas ke dunia internasional.
Kini, Saung Angklung Udjo (alm) masih berjalan, ramai dikunjungi turis mancanegara, berlokasi di jalan Padasuka No.118 Bandung.Selain Angklung, ada Batik, Reog Ponorogo, yang jadi masalah hak paten.
Entahlah...
Saya juga nggak ngerti soal politik.
Foto diambil dari Petronas, tampak Hotel Merlin, tempat saya nginap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar