Senin, 10 Desember 2007

Kelom Volendam, Holland


Jauh-jauh Ke Belanda, kok cuma lihat kelom geulis?
Entah bagaimana, seorang temen dari Paris nyusul ke hotel saya di daerah Warmoestraat di Amsterdam.

Ngebut dia. 5 Jam nyampe Amsterdam. Ada 4 kali kena foto tilang. Saking kangennya, dia ngajak saya ke Volendam.
Terus pakaian petani volendam. Lihat petani buat cheese atau keju.Nah itu tadi, lihat orang buat kelom.


Kalau cuma gitu, di Tasik juga banyak. Malah di jalan Cihampelas Bandung, ada toko kelom sejak jaman baheula. Eeh, tapi entahlah, bisa saja kelom geulis asal Tasikmalaya itu warisan kolonialis walanda di tanah air. Kalau nggak salah, selain kelom, ada payung tasik yang terkenal itu.


Kelom geulis, sandal khas Tasik beralas kayu damar atau albazzia, termasuk primadona yang cukup diandalkan. Komoditas ini ditekuni sejak tahun enam puluhan dan sempat mengalami puncaknya dua puluh tahun kemudian. Penduduk Kecamatan Cibeureum, tepatnya di Desa Kersanegara, Mulyasari, Setiamulya, Sukahurip, dan Sumelap banyak yang piawai mengerjakannya. Tahun 2002 investasi yang ditanamkan hampir mendekati Rp 2 miliar dengan nilai produksi Rp 22,1 miliar. Selain di dalam negeri, sandal-sandal tersebut juga dipasarkan hingga ke Jepang, Italia, dan Panama.

Di Volendam, saya suka banget sama imah kolecer.
Rumah petani dengan kincir, jadi ciri khas di Walanda.
B
eti (beda tipis) sama petani di Puwakarta -- sepanjang pemandangan kanan kiri, nun di atas bukit ketika naik kereta api Parahyangan -- aya kolecer di luhur gunung.






Tidak ada komentar: